Benarkah Alquran wahyu Tuhan, atau sebenarnya hanya ciptaan manusia? Berikut ini jawaban-jawabannya:
1. Alquran adalah buku pedoman utama yang berperan sebagai dasar akidah dan syariat. Dari Alquran pula akan membentuk tatanan etika dan prilaku umat Islam. Jika Alquran benar-benar wahyu Allah yang tidak mendatangkan kebatilan di masa depan maupun masa lalunya, maka mempercayainya menjadi sesuatu yang tak terelakkan.
Oleh karena itu pihak yang anti terhadap islam, dulu hingga sekarang, selalu berusaha menggoyahkan kepercayaan akan kebenaran Alquran dan juga sumbernya. Kaum pagan Mekah juga menolak fakta serupa bahwa Alquran adalah wahyu dari Allah swt. Mereka berprasangka bahwa: “Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain” [QS. 25:4], dan mereka berkata: “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” [QS. 25:5], “Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. Atau mengatakan bawah Alquran adalah perkatakan seorang penyihir dan paranormal. Target dibalik semua itu adalah untuk mematahkan perkataan bahwa Alquran merupakan wahyu untuk Nabi Muhammad sebagai petunjuk semua umat manusia.
Sejumlah orientalis juga berprasangka buruk terhadap Islam terkait Alquran sebagaimana orang-orang musyrik Makkah terdahulu. Mereka berupaya membuat putus asa untuk menunjukkan bahwa Alquran bukan wahyu dari Allah, tapi ciptaan Nabi Muhammad saw. Meskipun terkadang mereka juga mematahkan perkataan kaum pagan klasik dengan menggunakan sanggahan Alquran.
Fakta sejarah menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang umi; tidak dapat membaca dan menulis. Untuk itu, beliau menentukan sejumlah sahabat guna menuliskan ayat Alquran ketika turun. Jika mampu membaca dan menulis mengapa harus meminta seseorang untuk menulis ayat-ayat Alquran? Bagaimana mungkin seorang umi mampu menelaah kitab-kitab agama lain? Bagaimana dan kapan itu terjadi? Sesungguhnya ini hanya klaim semata yang tidak ada fakta dan referensinya.
2. Nabi berdakwah di kota Makkah kurang lebih 13 tahun. Tidak ada dalam catatan sejarah mengatakan bahwa beliau menjalin hubungan dengan orang-orang Yahudi secara mutlak. Pertemuannya dengan orang-orang Nasrani terlalu dibesar-besarkan; yaitu kisah pertemuannya dengan seorang rahib Nasrani bernama Buhaira, dalam perjalanannya (bersama beberapa kafilah) menuju Syam (sekarang Suriah) menemani pamannya, Abu Thalib. Saat itu Muhammad berusia 9 atau 12 tahun. Bagaimana mungkin anak kecil mampu memahami agama secara sempurna di sebuah pertemuan yang berjalan hanya beberapa saat? Apa yang mendorong Buhaira untuk memilih anak kecil, secara fisik, di antara sekian banyak kafilah untuk diajari agama Kristen? Dan mengapan Muhammad manunggu 30 tahun, paska pertemuan, untuk memproklamirkan dakwahnya?
Sesungguhnya cerita ini tidak masuk akal dan tidak dapat diterima. Hal ini disepakati oleh seorang orientalis yang menganggap cerita ini sebagai cerita gadungan dipandang dari dasar-dasarnya. Seorang orientalis bernama Huart berkata, "Berbagai sumber-sumber tertulis Arab klasik yang ditemukan, diterbitkan dan dikaji yang menyebutkan tentang peran seorang pendeta asal Suriah (Syam), menunjukkan bahwa kisah tersebut tidak lebih dari potongan-potongan dongeng dan khayalan belaka”.
3. Alquran sesuai dengan agama-agama samawi sebelumnya dalam persoalan keimanan Tuhan Esa dan Pencipta semesta alam. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber semua agama ini sama, yaitu Allah swt. Oleh kerenanya antara satu dan yang lain tidak bertentangan dipandang dari dasar keimaannya. Akan tetapi Alquan banyak menentang konsep teologi yang ada pada agama Yahudi dan Nasrani. Jika demikian, bagaimana mungkin Muhammad menggunakan sumber-sumber Nasrani dan Yahudi? Bukankah–jika benar demikian—seharusnya di sana tidak ada perbedaan? Atau setidaknya perbedaan itu terjadi dalam hal-hal partikular, tidak berkaitan dengan prinsip teologi yang paling mendasar?
4. Alquran mengandung banyak fakta ilmiah yang tidak diketahui kecuali pada era modern, semisal isyarat Alquran tentang perkembangan janin dalam perut ibunya dan fakta-fakta lainnya seputar bumi, matahari, bintang, angin, hujan dan seterusnya. Dari mana Muhammad mendapat semua itu? Tidak ada seorang pun mengatakan ia mengambil sumber-sumber Nasrani dan Yahudi, karena di sana tidak menyinggung apapun tentang itu. Logiskah semua itu datang dari diri Muhammad pribadi, sedangkan ia seorang umi (tidak mampu membaca dan menulis) yang tak pernah mengenyam pendidikan?
Sesungguhnya masing-masing bukti itu menunjukkan bahwa Alquran adalah wahyu sedangkan sumbernya tidak mungkin dari manusia.
Note: Serial buku Haqâiqu Islâmiyyatin Fî Muwâjahati Hamalâti al-Tasykîki
1. Alquran adalah buku pedoman utama yang berperan sebagai dasar akidah dan syariat. Dari Alquran pula akan membentuk tatanan etika dan prilaku umat Islam. Jika Alquran benar-benar wahyu Allah yang tidak mendatangkan kebatilan di masa depan maupun masa lalunya, maka mempercayainya menjadi sesuatu yang tak terelakkan.
Oleh karena itu pihak yang anti terhadap islam, dulu hingga sekarang, selalu berusaha menggoyahkan kepercayaan akan kebenaran Alquran dan juga sumbernya. Kaum pagan Mekah juga menolak fakta serupa bahwa Alquran adalah wahyu dari Allah swt. Mereka berprasangka bahwa: “Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain” [QS. 25:4], dan mereka berkata: “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” [QS. 25:5], “Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. Atau mengatakan bawah Alquran adalah perkatakan seorang penyihir dan paranormal. Target dibalik semua itu adalah untuk mematahkan perkataan bahwa Alquran merupakan wahyu untuk Nabi Muhammad sebagai petunjuk semua umat manusia.
Sejumlah orientalis juga berprasangka buruk terhadap Islam terkait Alquran sebagaimana orang-orang musyrik Makkah terdahulu. Mereka berupaya membuat putus asa untuk menunjukkan bahwa Alquran bukan wahyu dari Allah, tapi ciptaan Nabi Muhammad saw. Meskipun terkadang mereka juga mematahkan perkataan kaum pagan klasik dengan menggunakan sanggahan Alquran.
Fakta sejarah menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang umi; tidak dapat membaca dan menulis. Untuk itu, beliau menentukan sejumlah sahabat guna menuliskan ayat Alquran ketika turun. Jika mampu membaca dan menulis mengapa harus meminta seseorang untuk menulis ayat-ayat Alquran? Bagaimana mungkin seorang umi mampu menelaah kitab-kitab agama lain? Bagaimana dan kapan itu terjadi? Sesungguhnya ini hanya klaim semata yang tidak ada fakta dan referensinya.
2. Nabi berdakwah di kota Makkah kurang lebih 13 tahun. Tidak ada dalam catatan sejarah mengatakan bahwa beliau menjalin hubungan dengan orang-orang Yahudi secara mutlak. Pertemuannya dengan orang-orang Nasrani terlalu dibesar-besarkan; yaitu kisah pertemuannya dengan seorang rahib Nasrani bernama Buhaira, dalam perjalanannya (bersama beberapa kafilah) menuju Syam (sekarang Suriah) menemani pamannya, Abu Thalib. Saat itu Muhammad berusia 9 atau 12 tahun. Bagaimana mungkin anak kecil mampu memahami agama secara sempurna di sebuah pertemuan yang berjalan hanya beberapa saat? Apa yang mendorong Buhaira untuk memilih anak kecil, secara fisik, di antara sekian banyak kafilah untuk diajari agama Kristen? Dan mengapan Muhammad manunggu 30 tahun, paska pertemuan, untuk memproklamirkan dakwahnya?
Sesungguhnya cerita ini tidak masuk akal dan tidak dapat diterima. Hal ini disepakati oleh seorang orientalis yang menganggap cerita ini sebagai cerita gadungan dipandang dari dasar-dasarnya. Seorang orientalis bernama Huart berkata, "Berbagai sumber-sumber tertulis Arab klasik yang ditemukan, diterbitkan dan dikaji yang menyebutkan tentang peran seorang pendeta asal Suriah (Syam), menunjukkan bahwa kisah tersebut tidak lebih dari potongan-potongan dongeng dan khayalan belaka”.
3. Alquran sesuai dengan agama-agama samawi sebelumnya dalam persoalan keimanan Tuhan Esa dan Pencipta semesta alam. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber semua agama ini sama, yaitu Allah swt. Oleh kerenanya antara satu dan yang lain tidak bertentangan dipandang dari dasar keimaannya. Akan tetapi Alquan banyak menentang konsep teologi yang ada pada agama Yahudi dan Nasrani. Jika demikian, bagaimana mungkin Muhammad menggunakan sumber-sumber Nasrani dan Yahudi? Bukankah–jika benar demikian—seharusnya di sana tidak ada perbedaan? Atau setidaknya perbedaan itu terjadi dalam hal-hal partikular, tidak berkaitan dengan prinsip teologi yang paling mendasar?
4. Alquran mengandung banyak fakta ilmiah yang tidak diketahui kecuali pada era modern, semisal isyarat Alquran tentang perkembangan janin dalam perut ibunya dan fakta-fakta lainnya seputar bumi, matahari, bintang, angin, hujan dan seterusnya. Dari mana Muhammad mendapat semua itu? Tidak ada seorang pun mengatakan ia mengambil sumber-sumber Nasrani dan Yahudi, karena di sana tidak menyinggung apapun tentang itu. Logiskah semua itu datang dari diri Muhammad pribadi, sedangkan ia seorang umi (tidak mampu membaca dan menulis) yang tak pernah mengenyam pendidikan?
Sesungguhnya masing-masing bukti itu menunjukkan bahwa Alquran adalah wahyu sedangkan sumbernya tidak mungkin dari manusia.
No comments:
Post a Comment